Selasa, 30 Oktober 2018

RESUME BUKU KEWIRAUSAHAANN

bismillah...........7...........
berikut ini merupakan hasil resume buku kewirausahaan
readyyy..............



DAFTAR ISI
 

Bab 1 Nilai Wirausaha
Bab 2 Kreativitas
Bab 3 Proses Bisnis Dan Usaha Industri Kreatif
Bab 4 Risiko Bisnis
Bab 5 Kepemimpinan Dan Etika Bisnis
Bab 6 Pemasaran
Bab 7 Manajemen Keuangan
Bab 8 Perencanaan Bisnis
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

BAB 1
NILAI WIRAUSAHA
1.1  Latar Belakang
Pada tahun 1998 perekonomian Indonesia mamasuki masa yang sangat sulit. Pergantian kekuasaan dari era orde baru ke era reformasi yang disertai dengan krisis multidimensi megakibatkan pengangguran dimana-mana.perekonumian yang saat ini terpusat pada usaha-usaha besar dan konglomerasi mengalami kesulitan besar. Kolongmerat (pemilik kolongmerasi itu) mengalami kesulitan keuangan. Daya beli masyarakat turun. Perusahaan-perusahaan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja.
Dilain pihak, ketidakpastian sosial politik begitu terasa. Semua orang merasa tidak pasti. Sistem pemerintahan berubah, acuan undang-undang berubah. Sikap masyarakat sangat agresif dan investor-investor asing maupoun dalam negeri pergi meninggalkan Indonesia.Di tengah-tengah kesulitan itu, para sarjana kesulitan mencari pekerjaan. Sebagian besar tidak dapat ditampung. Meraka harus bersaing dengan mereka yang telah jauh berpengalaman dalam mencari kerja. Para sarjana menjadi pengangguran. Siapakah yang dapat diandalkan bangsa ini untuk mengatasi semua itu?
Dalam bangun perekonomian Indonesia saat itum meskipun kontribusi ekonominya masih terbatas, ada jutaan orang yang menggeluti usaha mikro, kecil dan menengah. Merekalah andalan perekonomian Indonesia. Usaha-usaha itu belum memiliki karyawan dalam jumlah besar, dipimpin seorang atau beberapa orang wirausaha. Mereka mandiri, tahan banting, fleksible dalam bergerak, efisien karena dikerjakan dengan seluruh anggota keluarga, tidak bergantung pada hutang dan berbasis sumberdaya lokal.
memang sebagian besar UMKM saat itu belum dikelola secara modern, namun mereka bebas dari krisis karena ciri-ciri tersebut. Sebagian besar mereka belum menerapkan manajemen modern (misalnya pemisahan harta dan pengaturan manajemen yang terpisah) belum membangun bran (merk), belum memiliki pencatatan keuangan yang tertata baik. (accounting) belum memiliki pembagian harta yang tertulis, belum ada SOP (Standar Operating Procedure)  belum memakai knowledge management  dan seterusnya.
Namun krisis ekonomi justru menyadarkan mereka akan pentingnya semua itu. Mereka bahkan mampu mengambil porsi yang lebih besar, merekrut karyawa lebih banyak dan seterusnya. Ekonomi UMKM menjadi tumpuan dan menjadi pilihan penting bagi para sarjana untuk lebih sejahtera, lebih mandiri dan menolong banyak orang mengatasi pengangguran. Bukan menjadi karyawan manun menjadi pengusaha.

1.2  Bukan Sekedar Tumpangan Hidup
Sekalipun UMKM telah menjadi tumpuan hidup yang penting, kami ingin menegaskan bahwa tidak semua orang yang berusaha itu adalah entrepreneur. Bahwa entrepreneur adalah seorang yang berusaha dengan keberanian dan kegigihan usahanya mengalami pertumbuhan. Jadi tumbuh kata kuncinya.
Degan demikian ada jutaan orang yang memilih tidak bekerja pada orang lain dan membuka usaha sendiri, manum mereka belum layar disebut entrepreneur. Kalau mereka hanya sekedar membuka warung, berusaha seadanya, sekedar untuk hidup maka mereka hanyalah pedagang biasa. Ciri-ciri mereka adalah usaha dan stagnan, tidak ada perubahan dari waktu ke waktu dan dikerjakan tanpa rencana kemajuan sama sekali.
Seorang entrepreneur adalah seorang seorang yang “moving formal” maju terus ke depan. Usahanya tumbuh dari waktu ke waktu dari satu keadai menjadi lima, sepuluh, seratus lalu seribu. Dari warung kecil menjadi usaha besar. Dari lima karyawan menjadi puluhan, ratusan atau mungkin ribuan. Tidak peduli apakah seniman, wartwan, pekerja sosial atau industriawan. Siapa saja yang melakukannnya itu disebut entrepreneur asalkan bertumpu pada fondasi pertumbuhan.
Usaha sungguhan riil business adalah samudra luas yang digeluti seorang wirausaha. Ia tidak mengenal jalan pintas, apalagi cara-cara cepat menjadi kaya. Lagi pula kaya bukanlah tujuan seorang wirausaha. Kaya adalah akibat perilaku berusaha yang jujur, hasil dari bekerja keras dan kepercayaan. Semua itu didapat dari upaya yang menuntut waktu dan kesungguhan. Tujuan hidup seorang wirausaha adalah hidup yang mandiri dan bahagia.
Ia bisa mangatur waktunya dengan bebas, mengambil keputusan, menentukan arah masa depan dan melihat begitu banyak orang yang tertolong karena memiliki penghasilan. Namun di lain pihak, ia bekerja dan  berpikir setiap saat. Ia menanggung risiko dan menebus batas-batas kesulitan, Ia melayani orang karena bila tanpa keinginan itu ia akanmendapatkan pelanggan.
Usaha sunggguhan itu berbeda dengan usaha spekulatif yang dipenuhi jargon “cara cepat kaya” liha         tlah Facebook, email dan SMS anda. Selalu ada orang yang menawarkan cara cepat dapat uang. Tinggaal buka rekening, bayar lalu tunggu uang transfer. Tidak perlu kerja keras tapi dapat uang lebaran. THR atau bonus begitu singkat itulah usaha bodoh-bodohan yang didasari prinsip win lose  dan spekulatif.

1.3  Pengertian Kewirausahaan
      Istilah kewirausahaan bersal dari terjemahn “entrepreneurship”, yang dapat diartikan sebagai “the backbone of economy”, yaitu pengendalian ekonomi suatu bangsa “tailbone economy”, yaitu pengendalian perekonomian suatu bangsa (Suryana, 2001:4). Secara epistimologi, kewirausahaan hakikatnya adalah suatu kemampuan dalam berfikir kreatif dan berprerilakuu inovatif ynag dijadikan dasar, sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat dalam mengahadapi risiko yang dilakukan dengan cara kerja keras untuk membentuk dan memelihara usaha baru.
      Wirausahaan (Entrepreneur) juga merupakan individu yang memiliki pengendalian tertentu terhadap alat-alat produksi dan menghasilkan lebih banyak daripada yang dapat di konsumsinya atau dijual atau ditukarkan agar memperoleh pendapatan. Enterpreneur juga merupakan ahlinya mengambil risiko dan bagaimana menghasilkan kombinasi baru dengan cara memperkenalkan produk-produk atau proses-proses atau mengantisipasi pasar atau mengkreasikan tipe organisasi baru (Pumbudy, 1999;05).

1.4  Ciri-ciri Watak Kewirausahaan
a.       Percaya diri – Keyakinan, ketidak tergantungan, individualisme, dan optimisme
b.      Berorientasi pada tugas dan hasil – kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, enerjik  dan inisiatif.
c.       Pengambilan risiko – kemampuan untuk mengambil risio dan wajar dan suka tantangan.
d.      Kepemimpinan – perilaku sebagai pemimpin, bergaul dengan orang lain, menanggapi saran-saran dan kritik.
e.       Keorisinilan – inovatif, kreatif dan fleksible
f.       Berorientasi ke masa depan – pandangan kemasa depan dan perspekif

1.5  Model Proses Kewirausahaan
       Carol noore (Suryana, 2001:34) menyatakan bahwa proses kewirausahaan diawali dengan adanya proses inovasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang berasal dari pribadi maupun di luar pribadi seperti pendidikan, sosiologi, organisasi, kebudayaan da lingkungan. Secara internal, keinovasian dopengaruhi oleh faktor yang berasal dari induvidu seperti locus of control, toleransi, nilai-nilai, pendidikan, dan pengalaman. Sedangkan faktor yang berasal dari lingkungan yang mempengaruhi diantaranya adalah model peran, aktivitas, dan peluang. Oleh karena itu, inovasi berkembang menjadi kewirausahaan melalui proses yang dipengaruhi lingkungan, organisasi dan keluarga.
1.6  Nilai-nilai Wirausaha Dalam Catur Gatra
      Badan pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian Kementerian  Pertanian Republik Indonesia yang diberi mandat oleh pemerintah untuk mengembangkan sumberdaya manusia pertanian telah menyusun Grand Design pembangunan sumberdaya manusia  pertanian Indonesia. Grand Design tersebut diharapkan mampu mengantisipasi perubahan, tantangan,  kebutuhan perkembangan teknologi, aspirasi yang berkembang dan dinamika pembangunan di masa depan, serta isu-isu global yang menjadi komitmen Kementerian Pertanian. Dengan adanya Grand Design  yang bersifat menyeluruh dan terintegrasi, diharapkan tercapainya harmonisasi, koordinasi, sinergi dan efisiensi pengembangan sumberdaya manusia pertanian.
      Berdasarkan Grand Design tersebut, sumberdaya manusia pertanian Indonesia dibangun dan dikembangkan di atas  empat landasan filosofis yang disebut “catur gatra” (Suryaman, DJ:2011), yaitu:
1.      Budi Pekerti (Morale) 
Budi pekerti adalah watak atau tabiat  khusus seseorang untuk berbuat sopan santun dalam menghargai pihak lain yang tercermin dalam perilaku dan kehidupannya. Sedangkan watak itu merupakan seluruh dorongan, sikap, keputusan, kebiasaan dan nilai moral seseorang yang baik, yang dicakupi dalam satu istilah sebagai kebajikan.
2.      Rajin dan Tekun (Deligent)
Rajin dan tekun dapat dimaknai sebagai perbuatan melakukan semua pekerjaan dengan teliti, sabar, hati-hati, merupakan sikap dan perilaku yang menunjukkan kesungguhan yang penuh daya tahan dan terus menerus serta tetap semangat dalam melakukan sesuatu (Zuriah, 2010:84)

3.      Mampu Bekerjasama
Kemampuan untuk bekerjasama merupakan karakter utama lainnya yang harus melekat pada sumberdaya pembangunan, terlebih bagi mereka yang dipersiapkan untuk bekerjasama dalam tim, cooperatuve artinya  mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sabagai suatu kelompok atau satu tim.
4.      Bersifat Pembaharuan (Innovation)
Seorang wirausaha harus segera menerjemahkan mimpi-mimpinya  menjadi inovasi untuk  mengembangkan bisnisnya. Jika impian dan tujuan hidup merupakan fondasi  bangunan hidup dan bisnis, maka inovasi dapat diibaratkan sebagai pilar-pilar yang menunjang  kukuhnya hidup dan bisnis. Nilai inovatif merupakan unsur keorisinilan seseorang, Wirausaha yang iinovatif adalah orang yang kreatif dan yakin dengan adanya cara-cara baru yang lebih baik (Wirasasmita,1994:7)

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


BAB 2
KREATIVITAS
Kreatif berasal dari bahasa inggris to create yang berarti menciptakan atau membuat, seorang yang kreatif mempunyai rasa ingin tahu, memcoba, suka bermain intuitif. Ketika kita berpikir menyelesaikan suatu permasalahan kita akan menemukan solusinya  bedasarkan dan berasal dari pengetahuan yang kita miliki atau kita pinjam dari orang lain. Percayalah bahwa tidak ada yang baru dibawah matahari yang ada hanyalah  versi atau kombinasi baru. Orang kreatif menggunakan pengetahuan yang kita miliki dan membuat lompatan untuk memungkinkan lompatan yang memungkinkan mereka memandang sesuatu dengan caranya baru.
2.1 Berpikir Perubahan
Setiap hari, kita menyaksikan perubahan. Pohon-pohon berubah menjadi lebih besar, tetapi juga ada yang semakin kering dan mati.  Demikian pula dengan diri kita. Kita bertambah umur da selalu ada yang baru. Kita berubah secara perlahan-lahan. Dalam dunia usaha, kita juga menyaksikan perubahan. Produk-produk baru selalu bermunculan menggantikan produk-produk lama, warung-warung dan restoran baru, tempat-tempat wisata, dan sebagainya selalu datangg menggantikan yang lama.
Banyak entrepreneur yang tidak menyadari bahwa dunia ini penuh dengan perubahan dan mereka tidak boleh duduk-duduk enak melewati hidup dari keuntungan tanpa kewaspadaan. Perubahan dapat terjadi setiap saat, tetapi manusi selalu menyangkalnya dan tetap asyik dengan harapan-harapannya yang seakan-akan hidup dan nasibnya tidak pernah ada perubahan.
2.2 Mindset Mengerakkan Perilaku
Pola pikir atau mindset adalah keseluruhan/kesatuan dari keyakinan yang kita miliki nilai-nilai yang kita anut, kriteria, harapan, sikap kebiasaan, keputusan, dan pendapat yang kita keluarkan dalam memandang diri kita sendiri, orang lain, atau kehidupan ini. Dengan demikian, mindset adalah semacam filter yang kita bangun untuk menafsirkan apa saja yang kita lihat dan alami. Pola pikir memberitahu kita bagaimana hidup ini harus dimainkan, yang akhirnya akan menentukan apakah kita akan berhasil atau tidak. Misalnya ada pola pikir yang menyatakan “kehidupan ini sangat keras dan aku harus berjuang hanya sekedar untuk hidup pas-pasan”. Atau kita mungkin memiliki pola pikir yang lebih positif, seperti “aku punya kemampuan yang hebat dan orang-orang  ingin bekerjasana dengan ku”.
2.3 Pola Pikir Entrepreneur
Pola pikir seorang enterpreneur menonjol dalam banyak hal. Dalam masalah konsumsi seorang enterpreneur berkarakter produktif, bukan konsumtif. Seorang entrepreneur juga selalu berusaha “mencari  cara baru” untuk meningkatkkan utilitas sumber daya secara efisien. Dia selalu mencari alternatif bila sumbe daya yang ada teerbatas. Seorang entrepreneur cenderung menjadi job creator dari pada sekedar job  seeker. Semua karakter tersebut disebabkan oleh jumlah total pola pikir positif, kreatif, keuangan, dan pola pikir produktif yang dimilikinya. Pola pikir produktif bisa ditumbuhkan apabila kita menghargai dan memahami keberlimpahan maupun keterbatasan yang ada. Sebagai contoh, masyarakat yang hidup di daerah yang melimpah airnya (subur) secara alamiah akan lebih boros menggunakan air dibandingkan masyarakat yang tinggal di daerah tandus. Seorang technopreneur yang di besarkan di daerah tandus, akkan tertantang untuk menciptakan sistem pengairan yang dapat meminimalisir sifat tandus tersebut dalam memaksimalkan penggunaan air. 
Untuk memulai usaha, kita hanya butuh 3M, yaitu : Motivasi yang kuat, mindset ynag tepat (produktid, kreatif, positif), dan make it (lakukan saja). Untuk meningkatkan motivasi dalam usaha setting keinginan agar berusaha seperti keinginan ketika  kita sedang jatuh cinta. Pupuk lah keinginan dengan membayangkan bahwa seorang entrepreneur  aka mempunyai waktu yang luang dan uang yang lapang. Sementara seorang karyawan, meskipun anyak uang, dia tidak memiliki kemerdekaan dalam mengatur hidupnya.
2.4 Kreativitas Finansial Entrepreneur
kunci kesuksesan transformasi dari perjuangan finansial hingga mampu menuju pada kondisi pekerjaan kebeasan finansial sebagaimana konsep transformasi Cash Flow Quadrant-nya Kiyosaki adalah tergantung pada kecerdasan finansial  hidupnya. Untuk mencapai kecerdasan finansial ala Covey maupun kesuksesan finansial ala Kiyosaki tersebut, kita harus melakukan kreativitas finansial.  Kreativitas finansial berusaha mengubah “mindset”  yang ada  pada diri kita masing-masing mengikuti pola pikir “manusia sejahtera” yang efisien dan sesuai “konsep  ekonomis” . Kreativitas secara finansial dalam kenyataannya merupakan kesedihan untuk berpindah  dari zona yang dianggap nyaman sebelumnya menuju ke zona baru yang penuh tantangan. Seorang yang kreatif aka mampu melakukan perindahan tersebut dengan perhitungan yang matang sehingga menghasilkan zona baru yang lebih nyaman pada masa depan dengan mengorbankan kenyamanan hari ini.
“Kalau Anda menginginkan perubahan kecil dalam hidup, ubah lah perilaku Anda. Namun, bila Anda menginginka perubahan-perubahan yang besar yang mendasar, ubahlah pola pikir Anda.”
(Steven Covey)


-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


BAB 3
PROSES BISNIS DAN USAHA INDUSTRI KREATIF
3.3 Proses Bisnis dan Rantai Nilai
Proses bisnis adalah suatu kumpulan pekerjaan yang saling terkait untuk menyelesaikan pekerjaan yang saling terkait untuk menyelesaikan masalah tertentu. Suatu proses bisnis dapat  dipecah menjadi beberapa sub-proses yang masing-masing memiliki astribut  sendiri tapi juga berkonstribusi untuk mencapai tujuan dan super prosesnya. Analisis proses bisnis  pemetaan proses dan sub-proses di dalamnya hingga tingkatan aktivitas atau kegiatan.
Seringkali pemilik proses, yaitu orang yang bertanggungjawab terhadap kinerja dan pengembangan berkesinambungan dari proses dianggap sebagai suatu karakteristik proses bisnis. Pada beberapa tahun terakhir telah banyak perusahaan yang memanfaatkan solusi dengan teknologi informasi (TI) untuk mengoperasikan proses bisnis yang dimilikinya, tapi kadang solusi yang mereka kembangkan masih setengah-setengah. Mereka membangun solusi TI tersebut dalam beberapa sistem yang terpisah, bukan dalam satu kesatuan. Sistem dibangun biasanya terbagi berdasarkan unitbkerja atau berdasarkan proses bisnis yang ada.
3.2 Industri Kreatif
Industri kreatif dapat diartiakan sebagai kumpulan aktivitas ekonomi yang terkait dengan penciptaan atau penggunaan pengetahuan dan informasi. Industri kreatif juga dikenal dengan nama lain Industri Budaya (terutama di Eropa) atau juga Ekonomi Kreatif. Atau pula industri kreatif itu adalah industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan dan daya cipta individu.
Hasil dari proses berpikir kreatif maka tercipta kreatif dimana industri kreatif adalah industri yang unsur utamanya:
1.      Kreativitas;
2.      Keahlian dan;
3.      Talenta.
Ketiga unsur  tersebut kalau dihubungkan dengan implementasi proses industri  kreatif  akan berhubungan dengan rantai  proses penciptaan nilai.
3.2.1.      Industri Kreatif di Indonesia
Industri kreatif dapat diartikan sebagai kumpulan aktivitas ekonomi yang terkait dengan penciptaan atau penggunaan pengetahuan dan informasi. Industri kreatif juga dikenal dengan  nama lain Industri Budaya (terutama di Eropa) atau uuga Ekonomi Kreatif. Kementerian Perdagangan Indonesia menyatakan bahwa Industri Kretif adalah industri yang berasa dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahreraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengreksploitasi daya kreasi da daya cipta individu  tersebut. (Modul  Pelatihan Kewirausahaan Industri Kreatif, Kemen Kop UMKM RI, 52:2013)
Industri kreatif dipandang semakin penting dalam mmendukung kesejahteraan dalam peremonomian, berbagai pihak berpendapat bahwa “kreativitas manusia adalah sumber daya ekonomi utama” dan bahwa “industri abad kedua puluh satu akan tergantung pada produksi pengetahuan melalui kreativitas dan inovasi”. Berbagai pihak memberikan definisi yang berbeda-beda mengenai kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam industri kreatif. Bahkan penamaannya sendiri pun menjadi isu yang diperdebatkan dengan adanya perbedaan yang sifnifikan sekaligus tumpang tindih antara istilah industri kreatif, industri berdaya, dan ekonomi kreatif.

3.2.2.      Sub-sektor Industri Kreatif di Indonesia
Sub-sektor yang merrupakan industri berbasis kreativitas di Indonesia bedasarkan pemetaan industri kreatif  adalah:
1.      Periklanan
2.      Arsitektur
3.      Pasar barang seni
4.      Kerajinan
5.      Desain
6.      Fesyen
7.      Video
8.      Permainan interaktif
9.      Musik
10.  Seni pertunjukkan
11.  Penerbitan dan percetakan
12.  Layanan komputer dan piranti lunak
13.  Televisi dan radio
14.  Riset dan pengembangan dan
15.  Kuliner

3.2.3.      Berorientasi Pada Tindakan
Salah satu ciri pengusaha adalah pikirannya uyang lebih berorientasi pada tindakkan (action) daripada sekedar bermimpi, berkata-kata, berpikir-pikir, atau berwacana. Seorang pengusaha selalu mengahadapi risiko, ketidakpastian dan keterbatasan dalam setiap masalah yang dihadapi. Kaalau dia hanya berkata-kata dan tidak bertindak, segala kesempatan yang ada berubah menjadi bencana (kerugian).
Selain itu, seorang pengusaha juga harus memiliki orientasi PDCA-plan, do, check,  and action. Ini berartii dia tidak hanya sekedar merencanakan berbagai  strategi dan taktik, tetapi juga melaksanakannya. Secara spesifik, seorang pengusaha harus menghindari NATO (no action talk only), NADO (no action dream only) dan NACO (no action concept only). NACO hanya akan menghasilkan gosip, NADO hanya menghasilkan visi tanpa tindakan, dan NACI hanya menghasilkan teori dan falsafah. Umumnya, yang berpikir NACO adalah akademisi yang berpikir menggunakan logiaka formal.

3.3.      Tugas Lapangan : Berjualan di Kaki Lima
untuk menjadi wirausaha yang mempunyai daya juang, mempunyai intuisi yang tajam, serba berani mengambil risiko, maka dibutuhkan latihan konkret yang memungkinkan Anda mengenal betul keadaan di lapangan dan berani mengambil tindakan. Kali ini, Anda akan diajak instruktur Anda berjualan di kaki lima. Ini adalah latihan yang benar-benar rill. Anda harus memecahkan tabungan, mmencari bantuan modal dari keluarga meminjam atau menjual sesuatu yang sudah tidak Anda butuhkan lagi supaya bisa berpartisipasi.
Singkatnya, Anda harus memulai usaha dan mengambil risiko. Tentu saja bukan pengambilan risiko yang ngawur. Anda didorong agar meraih keuntungan di kaki lima dan setelah selesai berjualan, Anda bisa mengembalikan modal Anda. Jadi, usahakanlah mendapat keuntungan.
Oleh karena itu, pilih lah barang/jasa yang hendak Anda jual di kaki lima sebaik mungkin; cari lokasi berjualan dengan traffic yang aman, legal, dan ramai; belilah bahan-bahan jualan dari pemasok yang berkualitas dan harganya murah (karena Anda akan menjualnya kembali); lakukan cara-cara yang persuasif dalam berjualan; dan cepat ambil tindakan bila Anda kurang beruntung. Ingat; nasib Anda berada pada diri Anda sendiri, bukan orang lain. Jadi lakukanlah tindakan yng terbaik dengan analisis yang cermat. Latihan ini bukan saja menguji nyali dan intuisi Anda, melainkan juga melemaskan/meregangkan pancaindra Anda.


--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
BAB  4
RISIKO BISNIS

Orang Indonesia kalu sudah melihat potensi keuntungan, konon sulit membayangkan risikonya. Bahkan ada yang mengatakan bagi sebagian besar orang Indonesia. Konsep risiko tidak begitu dikenal.  Padahal  dalam era “uang” dewasa ini, setiap orang perlu mengenal perilaku risiko dan meminimalkannya. Untuk melatih intuisi dan membentuk pengetahuan.

4.1. Definisi Risiko
       Dalam dunia bisnis, kita mengenal beberapa definisi risiko. Namun, secara umum konsep risiko selalu dikaitkan dengan adanya suatu ketidakpastian pada masa yang akan datang. Secara spesifik, risiko didefinisikan sebagai adanya konsekuensi, sebagai dampak adanya  ketidakpastian yang memunculkan dampak yang menguntungkan tidak dianggap sebagai risiko. Konsekuensi positif ini dianggap sebagai keuntungan yang diharapkan.
       Risiko seperti diata akan selalu ada dalam kehidupan usaha.  Intensitas risiko tersebut akan semakin meningkat manakala kita melakukan kegiatan bisnis. Adalah jamak jika ingin mengharapkan hasil/keuntungan yang besar, maka kita harus berhadapan dengan risiko yang besar juga (high risk, high return). Oleh karenanya, dalam proses yang dilewati seorang wirausaha tidak dapat dilepaskan dengan bagaimana seorang wirausaha melakukan pengambilan risiko untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
        Terdapat beberapa alasan mengapa seseorang mengambil risiko. Seseprang mengambil risiko bisa jadi didasari oleh keinginan untuk mendapatkan tingkat pengambilan/keuntungan yang sepadan dengan pengorbanan yang telah dia keluarkan. Ketika seseorang melakukan kegiatan yang berisiko karena menginginkan keuntungan, biasanya dia mampu mengakulasi besarnya risiko.

4.2. Jenis-jenis Risiko Dalam Bisnis
Sebagai seorang pemula, mahasiswa yang aka berbisnis perlu mengenal beberapa risiko yang sering dijumpai dalam bisnis khususnya start up business yaitu:
            1.  Risiko Murni
            2.  Risiko Spekulatif
a.       Risiko Perubahan Harga
b.      Risiko Kredit
-          Kerugian Langsung
-          Kerugian Tidak Langsung

4.3. Pengelolaan Risiko
Untuk melakukan pengelolaan risiko, kita dapat menggunakan prinsip Pareto dari berbagai potensi risiko yang berhasil diidentifikasi. Caranya adalah dengan membuat urutan risiko-risiko yang potensial terjadi berdasarkan prediksi kerugian yang dihasilkan, dari yang paling tinggi sampai yaang paling rendah. Selanjutnya, lakukan prioritas dalam pengelolaan terhadap risiko yang memiliki prediksi kerugian yang paling esar terhadap  bisnis kita.
Dari setiap tipe risiko yang masuk dalam prioritas tersebut, selanjutnya kita dapat menggunakan empat pilihan strategi pengelolaan risiko, yaitu:
  1. Dikontrol (Risk Control) yaitu upaya yang dilakukan agar probabilitas terjadinya risiko yang kita identifikasi menjadi berkurang.
  2. Ditransfer Kepada Pihak Lain (Risk Transfer) yaitu upaya-upaya yang secara sadar dilakukan dengan memindahkan risiko yang kita  hadapi terhadap pihak lain.
  3. Dibiayai Sendiri (Risk Retention) yaitu upaya-upaya menandai dampak yang ditimbulkan oleh risiko.
  4.  Dihindari (Risk Avoidance) yaitu tindakan secara sadar untuk menghindari risiko yang dihadapi.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------



BAB 5
KEPEMIMPINAN DAN ETIKA BISNIS
Kepemimpinan, bagi seorang Wirausaha, adalah modal yang sama pentingnya dengan kepercayaan dan kreativitas, Kreativitas yang tinggi membuat kita menjadi inovatif fan adaptif, kaya dengan pembaharuan dan tidak mudah dihambat oleh kejadian-kejadian dari luar. Namun tanpa kepercayaan, kreativitas yang hebat tidak mempunyai nilai pasar, tidak dapat diterima  di mana-mana. Kepemimpinan menggabungkan kreatifitas dan kepercayaan menjadi sebuah usaha yang efektif, yang berpengaruh luas dan hidup.
Sebuah usaha yang dibagun tanpa kepemimpinan yang kuat hanya akan menjadi usaha kecil yang stagnant  (tidak berkembang). Hanya mampu memimpin sedikit orang dari usaha kecil dan tidak ada pertumbuhan usaha. Tanpa kepemimpinan, tidak ada orang hebat yang bekerja pada perusahaan yang kita buat. Karyawan tidak betah bekerjasama dengan kita, dan pengetahuan atau pengalaman yang sudah kita tanam, hilang bersama kepindahan mereka. Tanpa kepemimpinan, tidak ada visi besar yang dapat dibangun menjadi sebuah usaha besar. Hanya orang-orang yang tidak bisa  kemana-mana yang bertahan bekerja dengan kita.
Sebaliknya, kepemimpinan lah yang akan membentuk usaha kita menjadi besar dan banyak orang yang mau bekerja dengan kita. Kepemimpinan dibentuk bertahap, sejalan dengan tumbuhnya usaha. Dari kombinasi pengetahuan, pengalaman. Keterampilan, cara mengarahkan, dan penerimaan.
5.1. Wirausaha Indonesia Tanpa Kepemimpinan
Dewasa ini, hampir setiap hari di Indonesia, kita menyaksikan nama-nama baru bermunculan menjadi wirausaha-wirausaha junior. Sebaliknya, hampir setiap hari kita saksikan wirausaha-wirausaha sering terlibat perkara-perkara hukum, bisnisnya ditutup dan mereka kehilangan reputasi. Sebagian besar wirausaha Indonesia juga bergalut dengan ketidakpastian dan semakin banyak yang hidup dalam kesulitan. Banyak bisnis  keluarga  yang pecah  karena lemahnya kepemimpinan dara para alhi waris yang dituakan.
Sebaliknya, ada juga yang memiliki mimpi besar, tumbuh, dan berrkembang,  tetapi belum dibangun dengan kepemimpinan yang kuat. Sejarah kewirausahaan Indonesia pun ditandai dengan kentalnya jiwa “dagang”, tetapi miskin kepemimpinan. Sebagian besar usaha-usaha yang dibangun dengan jiwa dagang itu umumnya hancur begitu memasuki generasi kedua atau ketiga.
Tanpa kepemimpinan, suksed dan entrepreneurship akan memmbatasi mimpi-mimpi. Maxwell (1993) menandaskan, dedikasi suci bisa membuat kita sukse, tetapi rendahnya kemampuan leadership mengakibatkan efektivitas usaha kita terbatas. Kepemimpinan selalu menjadi isu yang sangat diperhatikan dari awal orang-orang bergabung ke dalam suatu untuk mencapai sesuatu. Beberapa penelitian yang menyusun teori kepemimpinan memfokuskan penelitian pada pemimpin (teori karakteristik) dan cara pemimpin itu berinteraksi dengan anggota kelompoknya (teori perilaku).
5.2. Teori Karakteristik
Riset kepemimpinan awalnya erfokus  pada ciri-ciri (karakter) pemimpin yang mungkin digunakan untuk membedakab pemimpin dan non-pemimpin, mereka menemukan setidaknya ada enam karakter yang terkait dengan kepemimpinan yang efektif, yaitu sebagai berikut.
  1. Dorongan
  2. Kehendak untuk memimpin
  3. Kejujuran dan integritas
  4. Kepercayaan diri
  5. Kecerdasan dan
  6. Pengetahuan yang terkait dengan pekerjaan
5.3. Teori Perilaku
Menjadi great leader berarti harus siap melakukan perubahan, yaitu perubahan yang terjadi secara bertahap dan membuat usaha adaptif dalam menghadapi segala situasi yang berubah-uah. Ingatlah, ada peredaan mandasar antara management dan leadership. Management pada dasarnya dalah menyangkut soal keteraturan (penataan) dan pengendalian (control), sedangkan leadership menyangkut soal pencapaian tujuan (achievinng goals) dan membuat peruabahan. Untuk memupuk jiwa kepemimpinan, dilakukan hal-hal sebagai berikut.
  1. Bangunlah pengetahuan, rajinlah membaca
  2. Bukalah jendela sel-sel mu
  3. Disiplin diri
  4. Bekerjalah dengan prioritas
  5. Kerjakan atau delegasikan
  6. Bangunlah kepercayaan dan respek
  7. Jaga kesetabilaam emosi
  8. Latihan diri berkomunikasi dan mumpuni
  9. Belajarlaah menulis
  10. Gunakan manajemen 
5.4. Etika Bisnis
Ketika minat berwirausaha tumbuh subur di Indonesia, timbul anggapa bahwa kewirausahaan adalah alat yang paling tangguh untuk mengejar kekayaan. Kewirausahaan diartikan sebagai usaha mencari uang dan cara cepat menjadi kaya.
Sebagain orang memilih bekerja keras dan membangun usaha dengan keringat dan air mata. Namun, sebagian orang mengambil jalan pintas. Mereka yang mengambil jalan pintas ini menerima order dan mengambil uang, tapi tidak pernah menyerahkan hasil pekerjaan yang berkualitas. Mereka membuka usaha money games, pinjaman berantai, investasi palsu, atau segala sesuatu yang menggiurkab, tapi merugikan banyak orang. Mereka membuat armada penerbangan dengan tarif murah, tapi mengorankan keselamatan penumpang. Mereka menjual saham dengan harga tinggi, tapi laporan keuangan tidak jujur.
Banyak mahasiswa tampil menggebu-gebu dengan semangat yang berlenbihan da rasa percaya diri yang tinggi bahwa mereka bisa mengubah isi dunia dalam tempo sekejap. Mereka berjanji dan mereka berbuat. Mereka membuat pengumuman lewat internet, SMS, internet atau facebook agar teman-temannya mengirim uang ke nomor rekening tertentu, lalu jaanji keuntungan di tebar, dan uang pun masuk. Untuk besar diraih, tetapi bisnisnya tidak jealas dan cenderung spekulatif. Apapun yang dilakukan, kewirausahaan tidak dapat dibangun dalam tempo sekejap. Jika kita merasa telah berhasil dalam waktu singkat, periksa kembali apakah fondasi usaha yang kita buat sudah cukup kuat? Periksa kembali apakah sukses yang kita peroleh diraih dengan jujur dan halal, apakah bisnis tersebut rill atau fiktif-spekulatif atau ada pihak yang dirugikan? Apakah sudah memenuhi syarat dan kewajiban?
Beberapa hal yang perlu diperhatika agar berbisnis dapat dilakukan dengan etis adalah:
  1. Berperilaku jujur dalam menjalankan aktivitas bisnis
  2. Menaati tata nilai
  3. Walk the Talk”
5.5. Pemahaman Mengenai  Etika Dalam Berbisnis
Dalam berwirausaha, apa pun bisnis yang ditekuni ingatlah bahwa usaha yang langgeng adalah usaha yang dijunjung oleh nilai-nilai etika. Berbagai studi menemukan, perusahaan-perusahaan yang tumbuh menjadi besar bukanlah perusahaan yang diawali dengan manejer-menejer hebat yang digaji mahal, atau  dibangun oleh pendiri yang luar biasa. Juga bukan spirit kewirausahaan gila-gilaan dengan keberanian luar biasa. Demikian juga bukan modal  kuat  atau kecerdasan para pendirinya
Perusahaan yang tumbuh menjadi besar justru dimulai dari orang-orang biasa yang sedari awal memegang teguh nilai-nilai  moral dan etika.  Mereka menjaga kepercayaan dan tidak sembarangan dalam berkata-kata, apalagi dalam bertindak. Mereka bekerja dengan nilai, dan merekrut orang dengan melihat nilai-nilai yang dianutnya. Mereka menanamkan nilai-nilai yang sehat sedari awal
Beberapa sumber menyebut etika sebagai suatu pedoman untuk mendapatkan hidup yang bernilai atau bermartabat. Untuk itulah, etika memberikan petunjuk tindakan-tindakan apa  yang benar dan apa yang salah. Menurut The World Book Encyclopedia (2008), etika  mengajukan pertanyaaan-pertanyaan tentang benar dan salah dengan menggunakan metode “reasoning”, bukan benar salah menurut kepercayaan atau tradisi. Oleh karena itu, selalu ada “reason” (alasan) mengapa kita harus memegang teguh etika. Bekerjalah dengan tata nilai. Bangunlah nilai-nilai dan terapkan dalam hidup, usaha yang kita bangun. Janganlah melakukan sesuatu pada orang lain hal yang kita sendiri tidak ingin mengalaminya.


--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
BAB 6
PEMASARAN
Salah satu aspek terpenting dari kewirausahaan adalah pemasaran. Bahkan dapat dikatakan, kalau kita sudah memiliki pasar atau berhasil dalam pemasaran, mulailah membuka usaha sendiri. Bahkan, seorang yang inovatif dalam menciptakan produk baru sekalipun belum berani menjadi wirausaha, semata-mata karena tidak mampu memasarkannya. Pemasaran merupakan aspek usaha yang jauh lebih penting dari sekedar modal. Modal dapat dipinjam, tapi pasar harus digeluti dan belum tentu bisa didapat kendati produk kita sangat bagus.
Oleh karena itu, menggeluti pekerjaan sebagai tenaga penjual atau pemasarann sebelum benar-benar memulai usaha, sangat disarankan. Dengan demikian, kita akan mendapatkan pengalaman, pengetahuan dan intuisi dalam mendapatkan kepercayaan pasar. Pemula usaha yang belum berpengalaman sering kali terkecoh dengan memberi perhatian yang berlebih pada aspekk produksi. Mereka menghabiskan waktu siang dan malam untuk  membangun fasilitas produksi dan produk unggulan. Namun, begitu kegiatan investasi selesai dilakukan dan produk tersedia, pembelinya belum ada. Bahkan mereka tidak tahu seperti apa pelanggannya. Dalam ilmu pemasaran, orientasi pada produk dan produksi sudah lama ditinggalkan. Dan kini, supaya berhasil, seorang wirausaha harus membalikkan cara berpikirnya dan memulainya dari sisi pemasaran.
Kita mungkin akan bertanya: bagaimana mungkin?  Wong produknya saja belum ada kok  kita  diminta  sudah melakukan pemasaraanya? Betul, pemasaran sudah harus ada di kepala siapa saja yang mau menjadi wirausaha jauh seelum produk itu di buat atau fasilitas produksi diangun. Kita harus memulainya dengan menjawab siapakah calon pembeli produksi/jasa kita? Apakah dia lelaki, perempuan ? apakah produk/jasa ini berhubungan dengan usia? Apakah untuk dipasarkan di daerah tertentu saja (geografinya) atau bisa dipasarkan dimana saja? Semua pertanyaan-pertanyaan mengenai segmentasi atau sasaran pasar harus jelas. Itulah realita kehidupan. Pemasaran bukan sekedar sebuah konsep saja, melainkan harus digerakkan. Harus ditiupkan ruhnya. Di-manage bersama dengan tenaga-tenaga penjual. Harus ada stategi intensifnya. Kita mungkin menyangka mana ada barang yang tidak dibutuhkan bisa dijual dan laku? Itu keliru. Di New York ada pedagang yang mengemas kotoran sapi menjadi souvenirs yang dimasukkan kedalam botol keramik dan di beri gambar sapi beserta tulisan: bullshit! Barang ini ternyata sangat diminati para turis. Sama seperti hanya kotoran unta yang dikemas dalam mug dari tanah liat dan dijajakan sebagai camel shit untuk oleh-oleh (souvenir) dari Timur Tengah.
6.1 Definisi Pemasaran
The American Marketing Association merupakan  sebuah lembaga  yang menjadi acuan kita dalam mempelajari pemasaran, mendefinisikan pemasaran sebagai proses perencanaan, dan pelaksanaan konsepsi, penetapan harga, promosi, dan distribusi gagasan, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang menuaskan sasaran perseorangan dan organisasi.
Pemasaran bukan sekedar perluasan dari penjualan. Pemasaran sama sekali bukan aktivitas khusus, tetapi merupakan keseluruhan bisnis yang dilihat dari sudut pandang sasaran akhir yang dibidik, yaitu pelanggan. Dalam setiap bisnis hanya pemasaran dan inovasi yang menciptakan nilai (value) sedangkan yang lain hanya menciptakan biaya (Drucker, 1954)
·         Pemasaran: Barang, Jasa dan Gagasan
Pemasaran dapat di terapkan pada barang-barang konsumsi yaitu produk yang dibeli konsumen akhir untuk penggunaan pribadi. Teknik-teknik pemasaran juga dapat diterapkan pada jasa yaitu produk-produk yang tidak nyata, seperti waktu dan keahlian, atau beberapa aktivitas yang dapat dibeli. Pemasan juga berlaku bagi promosi gagasan. Sebagia contoh iklan layanan masyarakat mengenai bahaya meroko. Iklan tersebut tidak melibatkan pemasaran produk atau jasa di dalamnya melainkan menekankan pentingnya suatu gagasan.
6.2. Strategi Pemasaran
Strategi merupakan pedoman yang harus ada dalam pikiran dan landasan berpijak usaha. Strategi pada dasarnya adalah suatu cara untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan itu, pertama-tama, kita perlu mengetahui dimana kita berada dan apa tujuan yang akan kita capai. Strategi selalu beranjak dari dua titik itu, lalu dengan strategi kita menetapkan cara atau pathway untuk mencapai tempat yang kita tuju.
Strategi memantu seorang pengusaha  mendapat tujuan lebih efektif, yang didasarkan atas kajian-kajian dan pemikiran-pemikiran yang matang untuk mencapai tujuan.  Bisa menjadi pengusaha yang berdeda dari rata-rata pengusaha yang mempunyai usaha sekedar untuk hidup. Strategi dapat membantu dalam pertumbuhan secara signifikan, berkelanjutan, dan mendapat tujuan yang menyejahterakan. Lebih jauh lagi, strategi dibutuhkan untuk menciptakan keunggulan daya saing. Tentu saja, sebagai pemula, tidak boleh menghabiskan waktu lama-lama untuk berbisnis dengan menganalisis atau memikirkan aspek strategi ini. Sebagi pemula, memang harus jernih dan tentu saja jangn terlalu anyak mengolah informasiyang belum perlu. Namun, selalu memiliki landasan pemasaran dalam setiap langkah.
Ada beberapa stategi pemassaran yang dapat digunakan untuk mencapai keunggulan bersaing, diantaranya Strategi Penetrasi Pasar yaitu usaha meningkatkan penjualan produk yang sama (lama) dan dalam pasar yang sekarang (atau lokasi yang sekarang), Strategi Pengemangan Pasar yaitu usaha meningkatkan penjualan dengan memperkenalkan produk/jasa, Strategi Pengembangan Produk yaitu usaha untuk meningkatkan penjualan dengan menambahkan produk/jasa, dan Segmentasi Pasar yaitu usaha untuk memilih pasar yang massal (Zimmerer dan Scarborough, 2002).
Kotler dan Lne (2007) menyebutkan stategi segmentasi dapat dibagi menjadi lima kategori, yaitu:
  1. Geografi
  2. Demogradi
  3. Psikografi
  4. Behavior dan
  5. Individual
Adapun masing-masing alat pemasaran harus dirancang supaya memberi manfaat bagi pelanggan, yaitu:
  1. Produk  adalah apa saja yang dapat ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan, diperoleh digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memenuhi kebutuhan atau keinginan konsumen.
  2. Harga pada dasarnya merupakan alat untuk mengkomunikasikan nilai produk kepada pasar.
  3. Tempat berarti pemasaran produk mana pun selalu bergantung pada bagian distribusi
  4. Promosi adalah suatu teknik komunikasi yang dirancang untuk menstimulasi konsumen membeli
  5. Periklanan adalah komunikasi yang bersifat non-personal yang dibayar, yang digunakan oleh suatu sponsor yang ditunjuk untuk menyampaikan kepada khalayak mengenai suatu produk
  6. Penjualan pribadi berarti seorang tenaga penjual berkomunikasi tatap muka  dengan calon-calon pelanggannya untuk memenuhi kebutuhannya dan menstimulasi pembeli.
  7. Promosi penjualan adalah kegiatan promosi jangka pendek yang dirancang untuk merangsang konsumen agar tetap setia pada produsen.
  8. Hubungan masyarakat adalah suatu bentuk publisitas yang dibentuk dan dikendalikan oleh perusahaan.
Penjualan adalah taktik yang digunakan untuk menciptakan hubungan jangka panjang dengan pelanggan melalui produk perusahaan. Selling merupakan cara untuk mengintegrasikan perusahaan, pelanggan, dan hubungan yang terjadi. Ada tiga tingkat utama dari penjualan: penjualan fitu, penjualan manfaat, fan penjualan solusi. Karena pilihan yang luas telah membanjiri pelanggan, maka perusahaan harus menjual solusi bukan sekedar fitur atau manfaat saja. Aktivitas penjualan dapat dijadikan tolak ukur untuk melihat efektivitas dari aktivitas pemasaran lainnya.


--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
BAB 7
MANAJEMEN KEUANGAN
1.      Proforma Neraca adalah laporan sederhana yang menunjukkan prediksi posisi aset-aset yang digunakan dalam bisnis, kewajian-kewajiban yang harus ditunaikan, serta besrnya penyertaan modal yang harus dilakukan. Kelompok aset akan berada pada kolom kiri dari neraca, biasa disebut sebagai kolom AKTIVA, sementara kelompok kewajiban dan modal berada pada kolom kanan neraca, biasa disebut sebagai PASIVA.
2.      Lebih lanjut, dari kelompok aset tersebut dapat diklasifikasikan sebagai aset lancar (current asset) seperti kas, kesediaan dan piutang usaha dan set non-lancar (non-current asset) yaitu aset-aset yang bersifat tetap seperti peralatan, kendaraan maupun bangunan/ tanah. Klasifikasi yang kurang lebih sama juga terjadi pada kelompok kewajiban dimana terdapat kewajiban lancar seperti utang usaha dan kewajiban non-lancar seperti utang bank dan utang jangka menengah-paanjang lainnya.
3.      Proforma laporan laba rugi. Laporan sederhana yang menunjukkan prediksi tingkatan penjualan yang diharapkan, baiaya-biaya yang menyertai produksi dan penjualan, serta biaya-biaya lain yang digunakan dalam bisnis.
4.      Modal kerja adalah sejumlah dana yang dibutuhkan agar aktivitas bisnis dapat dilakukan.
5.      Laba kotor adalah nominal rupiah yang dihasilkan dari selisih antara pendapat dari kegiatan  bisnis dikurangi dengan biaya-biaya yang terkait langsung dengan aktivitas bisnis tersebut.
6.      Laba bersih adalah nomila rupiah bersisa dari laba kotor yang dihasilkan oleh bisnis setelah dikurangi beban-beban penyusutan, pembayaran beban pembiayaan, dan pajak yang relevan.
7.      Margin keuntungan adalah promosi keuntungan yang diperoleh dari setiao unit penjualan yang berhasil dilakukan dalam bisnis.
8.      ROA (Return on Asset) tingkat pengembalian atau keuntungan yang diperoleh dari setiap unit aaset yang digunakan. Untuk mendapatkan nilai ROA terseut, dapat digunakan formula sebagai berikut:
ROA= Laba Bersih/Total Asset

9.      ROE (Return on Equity) adalah tingkat pengembalian atau keuntungan yang diperoleh dari setiap unit modal yang disetorkan/digunakan dalam bisnis. Untuk mendapatkan nilai ROE tersebut, dapat digunakan formula sebagai berikut:
ROE = Laba Bersih/Total Modal Disetor
7.1. Pengelolaan Keuangan untuk Start-Up Business
Strategi dan Alat Pengelolaan Keuangan
Strategi keuangan yang efektif meliputi pengelolaan dan pengawasan catatan-catatan keuangan, perencanaan, dan pengelolaan anggaran dalam rangka mencapai tujuan maksimalkan keuntungan pemilik modal. Efektivitas pengelolaan keuangan akan sangat ditentukan oleh tujuan bisnis yang dimiliki oleh wirausaha dalam dokumen rencana strategisnya. Jika tujuan bisnis adalah membangun skala usaha yang luas, meningkatkan market share dan jumlah konsumen, maka strategi keuangan dengan menetapkan profit margin yang tinggi, hanya menggunakan modal sendiri dan memperbanyak asset tetap, meungkin tidak cocok. Untuk mendukung tujuan isnis diatas akan lebih tepat dibuat margin keuntungan yanh tidak terlaulu besar sehingga harga cukup kompetitif. Digunakan utang karena keterbatasan pendapatan modal sendiri, dan mengguanakan asset tetapp melalui  fasilitas sewa, bukan dimiliki sendiri, untuk meminimalkan moddal kerja yang dibutuhkan.
7.2. Mengukur Kelayakan Usaha
Dalam konteks keuangan sederhana, kelayakan suatu usaha adalah ketika terjadi kondisi dimana hasil yang diperoleh lebih besar dari dana yang di investasikan. Semakin besar kelebihan dari dana yang kita investasikan, akan semakin menguntungkan investasi dalam usaha tersebut. Secara matematis, investasi yang menguntungkan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:
Keuntungan = Pendapatan-Total Biaya
                     = (Jumlah Barang Terjual x Harga)-Total Biaya
Pendapatan investasi diperoleh dari perkalian antara jumlah barang yang terjual dengan harga per unit barang tersebut. Sementara itu, total iaya yang digunakan dalam usaha dapat  dibagi menjadi dua, biaya tetap  (fixed cost) dan tidak tetap (variabel cost).

Analisis Titik Impas (Break-Even Point)
Pada beberapa kasus, pengusaha tidak hanya ingin mengetahui berapa keuntungan yang mungkin diperoleh. Pengusaha ingin mengetahui, dalam kondisi sepertia apa dia mencapai titik impas. Dalam pengelolaan keuanan, apa yang diinginkan oleh pengusaha tersebut akan dengan mudak terjawab melalui perhitungan titik impas (Break-Even Point), yaitu kondisi dimana nilai keuntungan bernilai nol. Secara sistematis, kondisi impas terjadi ketika nilai pendapatan sama esar dengan nilai biaya.
7.3. Penentuan Kelayakan Lanjutan
Dalam lingkungan bisnis dan keuangan, kita percaya adanya nilai waktu uang (time value of money). Berdasar konsep tersebut, nilai uang yang kita terima sekarang akan lebih berarti dibanding nilai uang yang sama yang akan kita terima periode yang akan datang. Mengapa kondisi tersebut dapat terjadi? Paling tidak terdapat dua hal yang menjelaskann konsep nilai waktu uang.  Pertama, adanya inflasi uang menyebabkan harga-harga mengalami penurunan nilai secara relatif dari waktu ke waktu. Kedua, adanya biaya kesempatan yang hilang apabila kita gagal menerima kas sesegera mungkin.
  1. Net Present Value (NPV) adalah akumulasi nilai sekarang kas masuk dan kas  keluar yang dihasilkan oleh investasi.
  2. Internal Rate of Return (IRR) Selain NPV, kita dapat menggunakan IRR untuk menentukan apakah suatu pilihan investasi layak dilakukan atau tidak.

Manajemen Modal Kerja
Pengertian Modal Kerja
Modal kerja merupakan esarnya nilai uang yang dibutuhkan untuk mendukung operasionalisasi suatu bisnis. Tanpa adanya sejumlah uang tersebut, operasionalisasi bisnis akan terganggu, misalnya tidak bisa mendapatkan bahan baku, tidak bisa menyediakan sediaan yang mencukupi, dan tidak tercukupi nya kas untuk transaksi.


7.4. Manajemen Modal Kerja
Kita telah memahami bagaimana menghitung besarnya modal kerja operasi dari modal operasi.  Pengelolaan  modal kerja tersebut sangat penting dilakukan, khususnya untuk menjamin lancarnya kegiatan operasional bisnis dan terpenuhinya kewajiban-kewajiban jangka pendek. Untuk melakukan pengelolaan modal kerja tersebut terdapat dua hal yang harus diperhatikan. Pertama, siklus konveksi kas (cashh conversion cyle) yaitu  periode yang dibutuhkan agar kas yang diinvestasikan untuk kegiatan bisnis dapat kembali  dalam bentuk uang kas.
Seperti kita tahu bahwa dalam kegiatan bisnis, uang yang dimiliki kita gunakan untuk membeli material untuk produksi, kemudian material tersebut kita proses, kemudian kita jual kepada konsumen. Adakalanya dalam proses penjualan tersebut kita memberikan tempo  pembayaran sehingga kita harus melakukan penagihan untuk mengubah penjualan menjadi bentuk pendapatan kas. Secara spesifik, terdapat empat area dalam pengelolaan modal kerja yaitu: Cash Management, Inventory Management, Account Receivale, dan Account Payable Management.
7.5 Manajemen Utang
Dalam bisnis, adakalanya modal sendiri yang digunakan tidak lagi mencukupi. Oleh karenanya, pemilik usaha dapat mengundang pihak lain untuk turut serta memiliki bisnis tersebut, menjadi pemegang saham melalui penyertaan modal. Jika pilihan tersebut diambil, maka konsekuensinya pemilik usaha akan berbagi kepemilikan dengan investor. Adakalanya karena pertimbangan tertentu, seorang entrepreneur tidak menginginkan kondisi tersebut terjadi. Sehingga dia lebih suka mengundang pihak lain (kreditor) untuk memberikan pinjaman dana untuk digunakan dalam bisnis. Dalam berhubungan dengan kreditor, pebisnis tidak akan berbagi kepemilikan dengan kreditor, pebisnis tidak akan berbagi kepemilikan dengannya, tetapi sebagai konsekuensinya, kreditor akan memberikan skema pembayaran atas dana yang digunakan tersebut.
Karena alasan tersebut, penggunaan utang dapat menjadi alternatif solusi pendanaan, disamping secara ekonomis terbukti biaya utang lebih murah dibandingkan biaya modal sendiri. Namun demikian, kita harus berhati-hati sebelum berhutang. Kita harus memastikan bahwa tingkat keuntungan yang kita hasilkan dari kegiatan bisnis tersebut mampu digunakan untuk membayar cicilan yang disyaratkan oleh hutang tersebut. Jika kondisi tersebut tidak dipenuhi, maka penggunaan utang akan membuat modal yang kita tanamkan akan semakin erkurang, dan kita berada kondisi awal kebangkrutan.

Tips Pengelolaan Modal Kerja  
1. Tentukan siklus konversi kas adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengubah kas (modal awal)menjadi kas kembali (pendapat) 
2. Optimalkan kebijakan cast management. Tentukan jumlah kas optimal, misalnya menggunakan anggaran kas, untuk menghindari cast shortage dan investment opportunity loss.
3. Optimalkan kebijakan inventory management. Semakin sedikit sediaan yang dimiliki tentu akan semakin sedikit pula modal kerja yang dibutuhkan. Namun, terlalu sedikit memiliki sediaan, terdapat risiko tidak terlayani nya permintaan konsumen. 
 4. Optimalkan kebijakan manajemen piutang. Sedapat mungkin kurangi besarnya piutang kepada counter-party. Jika terpaksa ada, pastikan tempo pembayaran yang jatuh temponya pendek. Dan jika terlanjut memiliki piutang dalam jumlah yang signifikan, segera perbaiki manajemen panagihannya. 
 5. Optimalkan kebijakan manajemen utang. Perbaiki posisi tawar dengan supplier sehingga mendapatkan fleksibilitas dalam pembayaran serta tempo pembayaran yang lebih lama. Jika kondisi tersebut terjadi, maka pembayaran yang lebih lama. Jika kondisi tersebut terjadi, maka kebutuhan modal kerja dapat ditekan.


BAB 8
PERENCANAAN BISNIS

Agar kegiatan perusahaan dapat berjalan dengan baik  dam terkoordinasi, sangat diperlukan adanya perencanaan. Sehubungan dengan kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan, rencana yang harus dibuat adalah rencana satu periode untuk mencapai tujuan perusahaan. Ketika ide untuk memulai usaha muncul, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah memuat perencanaan. Untuk memulai suatu usaha diperlukan suatu rencana yang matang untuk memperkecil risiko, yaitu apa yang diharapkan terjadi tidak melesat dengan kenyataan atau hanya menyimpang sedikit dari yang diperkirakan, awal dari pembuatan perencanaan dan penciptaan bisnis ini adalah harus adanya ciri pribadi yang memiliki jiwa entrepreneurship/kewirausahaan dalam melakukan penciptaan yang kreatif.
Semakin besar risiko dan rumitnya proses produksi dan proses transaksi bisnis, naka semakin kompleks pula rencananya. Demikian pula bila rencana bisnis itu akan digunakan secara resmi untuk pihak-pihak terkait, misalnya untuk kepentingan investor, bankers, atau pemerintah. Namun, dalam bagian ini akan digambarkan proses sederhana pembuatan rencana sebuah bisnis beserta aspek-aspek yang harus terkandung didalamnya.

 Konsep dan Wawasan
·         Bagaimana Memulai Usaha
Setiap langkah-langkah besar selalu dimulai dari langkah pertama. Begitulah confucius menegaskan pentingnya sebuah langkah dalam mewujudkan ide sehinggaa dapat dikomersialisasikan. Inilah saatnya memulai kegiatan bisnis. Namun demikian, memulai sebuah bisnis memerlukan pemahaman yang mendalam apa itu bisnis. Pengertian bisnis meliputi beberapa aspek antara lain:
1)      Means “thing to do.....”
Eq. It’s not your business.....it is my business, ets.
2)      Means “Transaction”
Eq. Let’s do business.....
3)      Means
-          Tha “An organization that provides goods and services to earn profits.” (Griffin:2002)
-          “Activity and enterprise that provides goods and services tha a society needs” (Bovee et.al:2004)
dari pengertian bisnis di atas, penekanan ada pada pendekata model Griffin dan Bovee, yaitu bisnis  adalah setiap kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa guna memenuhi kebutuhan konsumen yang tentunya menghasilkan keuntungan. Pengertian ini juga menandakan dalam setiap kegiatan bisnis, selain  konsumen, hal yang paling utama adalah pencapaian kesejahteraan masyarakat. Wirausaha menjalankan perannya dengan tujuan tercapainya kesejahteraan tidak hanya  bagi individu, tapi juga tetap memberi  nilai tambah bagi masyarakat melalui kegiatan inovasi dan kreasi baru. (Raymond Kao).
Pemilihan jenis usaha pasa masa sekarang ini harus dilakukan dengan penuh kehati-hatian. Hal ini disebabkan oleh perilaku konsumen yang sangat sulit ditebak dan cenderung cepat bosan sehingga banyak produk yang cepat sekali mati. Kepastian, para investor dalam memilih kegiatan bisnis sangat ditentukan oleh pengembalian modal yang cepat dan disertai dengan besarnya  keuntungan yang berkelanjutan. (sustainable).
Rencana bisnis pada dasarnya adalah sebuah gambaran rinci mengenai usulan bisnis. Adapun hal-hal yang harus ada di dalamnya deskripsi bisnis, jenis pelanggan (sasaran pasar) yang akan dilayani dan situasi persaingan (pemasaran), sarana, dan prasarana untuk membuat produk/jasa (produksi), sumber dan pengelolaan keuangan serta sumber daya manusia (sebagai pelaku bisnis).
·         Rencana Bisnis
Rencana bisnis pada umumnya terdiri dari tujuan bisnis, strategi yang digunakan untuk mencapainya, masalah potensial (potential problem) yang kira-kira akan dihadapi dan cara mengatasinya, struktur organisasi (termasuk jaatan dan tanggungjawab), dan modal yang diperlukan untuk membiayai perusahaan serta bagaimana mempertahankannya agar berhasil berproduksi di atas titik impas.
Menarik tindakan sebuah rencana bisnis sangat bergantung pada bagaimana cara kita menulis dan menyusun nya.  Sering kali kita memiliki ide bisnis yang brilian, tetapi kesulitan dalam mengungkapkannya. Rencana bisnis akan baik apabila mengikuti pedoman yang berlaku dalam dunia bisnis, baik dari segi susunan  maupun isi.

Ada 3 (tiga) bagian uatama dari sebuah rencana bisnis:
  1. Konsep Bisnis, menjelaskan secara rinci mengenai industri yang digeluti, struktur bisnis, produk dan jasa yang ditawarkan, dan bagaimana cara menyukseskan bisnis,
  2. Pasar (market), membahas dan menganalisis konsumen potensial, yaitu siapa dan dimana mereka berada, dan apa yang menyebabkan mereka mau membeli, serta menjelaskan persaingan yang akan dihadapi dan bagaimana kita memosisikan diri untuk memenangkannya.
  3. Rencana keuangan, menjelaskan estimasi pendapatan dan analisis break even.
Ketiga bagian utama tersebut dapat dibagi lebih rinci menjaadi 7 komponen kunci, yaitu:
  1. Ringkasan
  2. Deskripsi Bisnis
  3. Strategi Pasar
  4. Analisis Kompetisi
  5. Rencana Desain dan Pengembangan
  6. Rencana Operasi dan Manajemen
  7. Analisis Rencana Keuangan
Panjang pendeknya sebuah rencana bisnis, sangatlah bergantung pada fungsi rencana bisnis itu sendiri. Biasanya rencana bisnis tebalnya 15 sampai 20 halaman. Namun, jika kita mengajukan sebuah bisnis baru atau bahkan industri baru yang beresiko tinggi, maka kita akan memerlukan penjelasan lebih rinci untuk menyampaikannya, bahkan mungkin sampai 100 halaman lebih. Demikian pula jika kita perlu menyampaikan penjelasan yang detail untuk meyakinkan. Namun, jika kita hanya ingin menggunakan rencana bisnis tersebut untuk tujuan internal seperti untuk mengatur bisnis kita, maka sebuah versi singkat sudah cukup memadai.
Kekuatan dan yang mendorong kesuksesan suatu bisnis terdiri dari tiga komponen, yaitu: peluang, tim, dan sumer  daya. Ide yang baik tidak selalu merupakan peluang yang baik pula. Peluang yang berpotensi tinggi terkadang memiliki kekuatan yang jauh lebih besar daripada ketersediaan sumber daya atau tim pendukung yang ada pada saat itu.
Dalam dunia bisnis ketidakpastian dan risiko merupakan teman sejati para entrepreneur dan tim nya adalah menjaga  keseimbangan antara  ketiga kekuatan tersebut dalam lingkungan bisnis yang selalu berubah. Oleh karena itu, tim yang dibangun oleh entrepreneur merupakan kunci penting bagi keberhasilan.
·         Cakupan Rencana Bisnis
Terdapat berbagai macam format penulisan rencana isnis, meskipun informasi di dalamnya mencakup hal-hal serupa. Komponen-komponen yang sebaiknya ada adalah:
  1. Ringkasan Eksekutif
  2. Konsep Bisnis (Industri, struktur bisnis, cara berbisnis)
  3. Gambaran Pasar
  4. Target Pasar
  5. Pesaing dan Kondisi Pesaing
  6. Organisasi dan Manajemen
  7. Rencana Keuangan
  8. Lampiran
Ringkasan eksekutif memuat intisari dari rencana bisnis yang disampaikan secara ringkas, jelas dan memberikan gambaran peluang bisnis. Informasi yang harus ada meliputi:
  1. Konsep bisnis  yang akan dibangun
  2. Misi perusahaan
  3. Produk/jasa
  4. Persaingan
  5. Target dan ukuran pasar
  6. Strategi pemasaran
  7. Tim manajemen
Penting diketaui ringkasan eksekutif sering dijadikan alat bagi para pembaca, terutama investor untuk mengambil keputusan dan menilai apakah rencana bisnis kita layak atau tidak.
Maka pada bagian ini, kita harus menampilkan data ringkas yang berkaitan dengan keuangan yeng meliputi modal yang diperlukan, break even point, periode uang kembali, tingkat pengembalian internal (IRR) , dan nilai bersih saat ini (NPV).
Komponen selanjutnya adalah mengenai gambaran dari perusahaan memuat informasi-informasi sebagai berikut;
  1. Identitas perusahaan
  2. Visi dan misi perusahaan
  3. Gambaran sekitar tentang produk/jasa
  4. Perkemangan sampai saat ini
  5. Status hukum dan kepemilikannya
Untuk bisa menganalisis apakah rencana bisnis layak atau tidak, tentu saja data tentang bisnis yang direncanakan harus didukung dengan analisis mengenai industri di mana bisnis kita berada. Informasi yang harus ditampilkan meliputi:
  1. Tren dan pertumbuhan industri
  2. Gambaran pasar
  3. Ukuran
  4. Peluang untuk pemain baru yang inovatif
  5. Perubahan perilaku konsumen terkait dengan bisnis atau usaha yang akan dijalankan.
  6. Informasi selanjutnya yang harus ada di rencana bisnis adalah mengenai pesaing dan bagaimanackondisi pesaing yang ada. Informasi yang ditampilkan dapat berupa:
  7. Pesaing
  8. Potensi persaingan
  9. Potensi dalam persaingan 
Untuk memulai sebuah aktivitas bisnis, formasi tim minimun terdiri atas:
  1. Personel di posisi kunci
  2. Pegawai
  3. Struktur  organisasi dan gaya manajemen
Salah satu kelemahan lain yang sering menjadi kendala bagi para pebisnis pemula adalah bagaimana mereka bisa membuat proyeksi keuangan. Sering kali asumsi yang dibuat tidak berdasarkan kondisi nyata yang ada di lapangan. Oleh karena itu, informasi di bawah ini akan membantu untuk lebih myakinkan apakah rencana bisnis kita layak atau tidak.
  1. Biaya modal yang diperlukan
  2. Proyeksi pendapatan/penjualan
  3. Proyeksi aliran kas
  4. Kinerja keuangan yang ditargetkan
Sering kali yang membuat pembaca tidak tertarik dengan rencana bisnis yang dibuat adalah karena mereka mengalami kebingungan. Kebingungan ini disebabkan karena penulis mencampurkan data-data yang seharusnya cukup ditampilkan di lampiran justru dimasukkan di bagian utama rencana bisnis. Data-data yang sebaiknya cukup ditampilkan di lampiran adalah:
  1. Kontrak
  2. Rekomendari
  3. Foto-foto
  4. Rincian keuangan dan
  5. Resume

·         Outline Business Plan
1.    Pendahuluan
1)      Nama dan alamat perusahaan
2)      Nama alamat pemilik
3)      Nama dan alamat penanggungjawab
4)      Informasi tentang bisnis yang dilaksanakan
2.      Rangkuman eksekutif, kurang lebih 3 halaman yang menjelaskan secara komplit isi business plan
3.      Analisis Industri
1)      Perspektif masa depan industri
2)      Analisis persaingan
3)      Segmen pasar yang dimasuki
4)      Ramalan produk yang dihasilkan
4.      Deskripsi tentang usaha
1)      Produk yang dihasilkan
2)      Jasa pelayanan
3)      Ruang lingkup usaha
4)      Personalia dan perlengkapan kantor
5)      Latar belakang identitas pengusaha
5.      Rencana produksi
Untuk pabrik/ Industri
6.      Rencana pemasaran
1)      Penetapan harga
2)      Pelaksanaan distribusi
3)      Promosi yang dilakukan
4)      Pengembangan produk
7.      Perencanaan organisasi, bentuk kepemilikan dan struktur organisasi
1)      Informasi tentang partner
2)      Uraian tentang kekuasaan
3)      Latar belakang anggota tim manajemen
4)      Peranan dan tanggungjawab personalia dalam organisasi
8.      Risiko
1)      Evaluasi tentang kelemahan bisnis
2)      Gambaran teknologi
9.      Perencanaan permodalan, neraca permulaan perusahaan
1)      Proyeksi aliran kas
2)      Analisa titik impas
3)      Ssumber-sumber permodalan
10.  Appendix
1)      Surat-surat
2)      Data penelitian pasar
3)      Surat-surat kontrak dan dokumen perjanjian lainnya
4)      Daftar harga dari pemasok barang
FORMAT RENCANA USAHA
RENCANA USAHA
A.    Data Pribadi
Nama Usaha                      :.............................................................................................
Nama Penyusun                :.............................................................................................
Tanggal                             :.............................................................................................
Jenis Usaha                       :.............................................................................................
Alamat Tempat Usaha      :.............................................................................................
Alamat Rumah                  :.............................................................................................
Kebutuhan Modal             :.............................................................................................
Pengalaman Usaha            :.............................................................................................

                                                                               .........,....................20......
                                                                                                   Penyusun,    
                                                                                         (....................................)    
B.     Deskripsi Usaha
Kelompok Usaha
........................................................................................................
Status Usaha
........................................................................................................

C.    Penilaian Tentang Usaha
1. Pelanggan Usaha
a.       Usia                       :.............................................................................................
b.      Tempat Tinggal      :.............................................................................................
c.       Pekerjaan               :.............................................................................................
d.      Jenis Kelamin        :.............................................................................................
e.       Gaya Hidup           :.............................................................................................
f.       Status Sosial          : Bawah, Menegah, Atas

2.      Persaingan Pasar
a.       Kekuatan Utama Pesaing Usaha adalah:
                  ........................................................................................................
b.      Kelemahan Utama Pesaing Usaha adalah: ........................................................................................................
3.      Rencana Pemasaran
a.       Produk (barang atau jasa) dan harga
b.      Harga
c.       Tempat Usaha
1)      Tempat
2)      Cara Distribusi Produk
3)      Promosi
D.    Organisasi Perusahaan
1.      Jenis Usaha (UD,CV,PT, Koperasi)
2.      Susunan Organisasi
3.      Ijin Usaha yang diperlukan
E.     Aset Tetap
Alat Kerja dan Peralatan
F.     Proses Produksi
Tahapan  dan Proses Produksi



G.    KEUANGAN
a.       Proyeksi Pendapatan
Perkiraan
Bln 1
Bln2
Bln3
Bln4
Bln5
Bln6
Bln7
Bln8
Bln9
Bln10
Bln11
Bln12
Bln13
Jumlah produk yang dijual Produk 1













Harga rata-rata perbuah













Nilai penjualan bulanan













Harga rata-rata perbuah













Nilai penjualan bulanan














b.       Perencanaan Penjualan
No
Perkiraan
Bln1
Bln2
Bln3
Bln4
Bln5
Bln6
Bln7
Bln8
Bln9
Bln10
Bln11
Bln12
A
PENDAPATAN












1.
Pendapatan Penjualan Produk 1












2.
Pendapatan Penjualan Produk 2



























Total Pendapatan












B
BIAYA












1.













2.













3.













4.













5.













6.













7.














Total Biaya













Laba (Sebelum Pajak)













(Jumlah A - Jumlah B












c.        Arus Kas/Cas Flaw 
No
Perkiraan
Bln1
Bln2
Bln3
Bln4
Bln5
Bln6
Bln7
Bln8
Bln9
Bln10
Bln11
Bln12
A
PENERIMAAN












1.













2.













3.













4.













5.














Jumlah Penerimaan












B
PENGELUARAN












1.













2.













3.













4.













5.













6.













7.














Jumlah Pengeluaran












C
SURPLUS/DEFISIT












D
SALDO AWAL












E
SALDO AKHIR





















KESIMPULAN

        Kewirausahaan merupakan aktivitas dengan berbagai macam penawaran produk ataupun jasa, yang dapat membantu meningkatkan kemandirian dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ketika kita ingin memulai berwirausaha pastikan persiapan sebaik mungkin untuk memilimalisir terjadinya kesalahan dan menimbulkan permasalahan. Dengan adanya analisis SWOT dan perencanaan bisnis yang berguna sebagai dokumen tertulis sehingga dapat di revisi untuk perbaikan kedepannya. Begitupun jika di sangkutpautkan dengan kewirausahaan sosial yang berbasis kepada kemanfaatan dan keuntungan yang seimbang. Dengan adanya kewirausahaan kita akan  mengetahui bentuk pemasaran yang baik dan berjiwa sosial untuk melihat permasalahan dimasyarakat sebagai peluang untuk menyelenggarakan kewirausahaan sosial. Dengan memahami buku yang berjudul “Kewirausahaan dan Industri Kreatif” diharapkan dapat menjadi motivasi dalam memulai usaha khususnya kewirausahaan sosial. Sehingga mampu membantu orang-orang yang membutuhkan.






DAFTAR PUSTAKA

Suryaman, Jajang. 2016. Kewirausahaan dan Industri Kreatif.  Bandung: Alfabet.